Generasi Facebookers yang Rentan

Beberapa tahun belakangan ini, situs jejaring pertemanan Facebook semakin populer di semua kalangan. Banyak kemudahan dan manfaat yang bisa diperoleh dari Facebook. Selain menjalin silaturrahmi, situs tersebut juga bisa menjadi sarana berbagi informasi dan perekat batin masyarakat.

Namun, segala sesuatu jika digunakan secara berlebihan tentu tidak baik. Demikian pula Facebook. Jejaring sosial ini jika tak dimanfaatkan dengan kadar yang pas malah akan membahayakan mental generasi muda.

Di sebuah warung internet di Kota Malang, ada screen saver bernada sindiran, “Facebook Net Working atau Not Working?” Sindiran itu terasa telak, mengingat jejaring sosial itu justru malah membius penggunanya untuk betah berlama-lama duduk di depan komputer hingga membuang-buang waktu hanya untuk mengobrol dan berburu teman.

Yang paling rentan tentu adalah generasi muda. Selain kejadian beberapa waktu lalu seperti penculikan gadis remaja ataupun kasus penipuan yang dilakukan seorang ‘playboy’ lewat Facebook, dampak lain dari jejaring sosial adalah melemahkan daya produktifitas dan kreatifitas generasi muda. Bagaimana tidak, waktu mereka habis hanya untuk nyerocos ramai-ramai di dunia maya. Waktu untuk belajar dikorupsi. Waktu untuk bersosialisasi dan beribadah juga ditikusi. Sebuah penelitian menunjukkan mereka yang kecanduan berat dengan situs jejaring sosial cenderung tak bisa bersosialisasi dan berpotensi menjadi anti-sosial. Namun, jika Anda bisa memanage waktu dengan baik, tentu hal tersebut tak perlu dikhawatirkan.

Jejaring sosial ini menimbulkan satu syndrome aneh yang lumayan tidak penting, yakni ‘update status’. Hal-hal sepele akan diumumkan ke publik dan dikomentari ramai-ramai. Mereka yang terlanjur kecanduan Facebook akan pusing jika sehari saja tidak bisa menulis status terbaru. Cobalah bayangkan, apa nilai guna dari kegiatan semacam itu? Kapan kita bisa melahirkan generasi muda yang kritis dan beretos kerja tinggi jika kegiatan hariannya hanya seperti itu? Masih mending jika kemampuan menulis para Facebookers itu dituangkan ke hal-hal yang lebih serius, seperti misalnya menulis di koran, majalah, jurnal ilmiah, atau buletin. Hal itu lebih bernilai secara keilmuan dan tentu lebih berbobot.

Generasi Facebook juga sangat rentan akan informasi. Sumber-sumber informasi yang mereka dapatkan bisa sekunder bahkan tersier, yang dicampur aduk dengan perspektif ‘katanya sih’ dan ‘kelihatannya sih’. Tidak ada kesadaran dan pengetahuan individu, yang ada hanyalah kesadaran dan pengetahuan komunal. Maka, para pengguna Facebook sangat mudah dipanas-panasi dan dimobilisasi untuk mendukung atau menentang tokoh tertentu atau gerakan tertentu. Tanpa perlu kesamaan ideologi maupun background apapun, tinggal klik saja, maka Anda sudah menjadi anggota Gerakan Facebook tertentu. Namun tentu saja, tak semua pengguna Facebook seperti yang saya jabarkan diatas. Masih banyak para Facebookers yang memiliki kesadaran dan pengetahuan diri sehingga tidak mudah diombang-ambing terjangan segunung informasi.

Tulisan ini hanya sekedar sumbangan pikiran dari sudut pandang berbeda bagi Anda para Facebookers. Kalau Anda ingin aman berfacebookan, aturlah waktu serasional mungkin, jangan terlalu banyak ‘nggegosiptainment’ maupun ‘ngupdatestatustainment’, dan jangan mudah diombang-ambing informasi.

Tinggalkan komentar

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabung dengan 5 pelanggan lain